Sunday, January 31, 2010

Bahasa Pohon Epal

Aku duduk termenung di bucu jendela, mata jauh memandang kenderaan bergerak laju di lebuh raya kehidupan. Pokok-pokok pine tumbuh subur di tepi pagar,hembusan angin dari utara menyapu lembut ke muka,membawa sekali kisah-kisah sedih kehidupan.Sesekali jendela nostalgia menyentuh lembut ke bahu.Hati terusik.

Di satu sudut kepala, aku mengambarkan pohon-pohon epal tumbuh segar di tepi pagar itu, dibajai dengan baja kasih sayang, disirami dengan air keringat, tanahnya digembur dengan peluh usaha...untuk menghasilkan buah-buah kejayaan, buat bekalan kehidupan di dunia. Bulan berganti bulan,penuh sabar. Akhirnya bunga pengharapan berputik mekar. Harumnya menusuk mewangi, menjanjikan sebuah kemanisan dan kerangupan epal yang bakal meranum sekian hari nanti.Lewat disember,selepas musim hujan buah-buah epal terbit diiringin warna-warna kisah sedih.Di barat pohon epal,buahnya berwarna hijau, di timur pohon epal,buahnya berwarna merah, di utaranya buah berwarna kekuning-kuningan, aku tidak mengetahui bahasa saintifiknya, aku hanya tahu bahasa warna, warna umum dan difahami ramai.

Aku masih duduk di bucu jendela,hati tertanya-tanya.Tanah yang sama, baja yang sama,air yang sama, berkongsi pohon dan ranting yang sama, namun mengapa warna buahnya berbeza. Aku menangis teresak, seperti anak kecil yang menangis dikuis pohon semalu.Masih memandang,tapi hanya dari jauh, tidak berani menggapai lantas tidak dihiraukan. Akhirnya buah-buah epal itu membusuk dan kusam. Aku menyesal tidak menikmatinya. Aku terlupa walau apa pun warna mereka, mereka tetap buah epal yang sama, yang datang dari pokok yang sama, yang berakar dari akak yang sama dan dipunyai oleh pemilik yang sama.


**Entri ini adalah terhasil setelah membaca dan merenung kembali peristiwa antara Husam, Khalid Samad, Zulkifli Nordin dan Hassan Ali.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home